Profil

Kamis, 15 April 2010

MUSIK MODERN VERSUS TEMBANG JAWA


Musik, mungkin hanya dengan menyebutkan satu kat ini kta dapat mengimajinasikan diri kedalam alunan kata ataupun hentakan nada-nada yang membuat kita tersentak. Tetapi hal ini akan berbanding terbalik dengan apabila kita mendengar sinden menyanyikan sesuatu yang mirip dengan musik atau lagu tetapi dengan bahasa yang sedikit aneh dan sulit dipahami, bahkan akan mudah menghantarkan kita ke dunia mimpi.

Padahal yang dimaksudkan disini adalah tembang jawa atau lagu jawa, sebuah harta karun warisan dari nenek moyang kita yang tidak tahu bagaimana cara melestarikannya. Ironis memang, tetapi beginilah kenyataan yang ada. Anak cucu yang hanya diberi amanat untuk mempertahankan, tetapi malah tak pernah memepelajarinya. Jangankan mempelajari melirikpun mungkin hanya beberapa yang tertarik.

Kita sering mendengar suara dari Ariel “Peterpan”, Rian “d’masiv” , atau Bams “Samsons”. Tetapi pernahkah kita mendengar orang yang “nembang” macapat...??? Mungkin, Tidak...!! Pagelaran “Macapatan” (melantunkan tembang Jawa), yang merupakan tradisi di kalangan suku Jawa di Indonesia. Beberapa waktu lalu mengalun di Suriname, tradisi macapat diadakan untuk menghidupkan kembali dan untuk melestarikan budaya Jawa oleh para etnis Jawa di Suriname. Tradisi ini juga pernah hidup sebelum Suriname merdeka.

Namun saat ini sudah hampir punah. Semua jenis tembang macapat (Asmarandana, Dandanggula, Durma, Gambuh, Kinanthi, Maskumambang, Megatruh, Mijil, Pangkur, Pucung, dan Sinom) ditampilkan para hadirin, termasuk Dubes Suparmin Sunjoyo yang melantunkan Pangkur dan Maskumambang. Dua staf KBRI Paramaribo yang menembang Dandanggula, Megatruh, Durma, dan Asmarandana. Seharusnya kita saam seperti gambar diatas. Seorang Menkokesra yang mengangkat keris di tangan kanannya, berarti kita harus selalu menggkat tangan untuk melestaraikan budaya Jawa. Masa’ kita kalah dengan Suriname...??? Nah biar tidak kalah, mari kita belajar kilat dari bacaan di bawah ini:

Untuk para pemula kita buaka bahasan dengan tembang mocopat. Tembang mocopat berbeda dengan tembang Jawa yang lainnya, tembang Macapat sendiri diartikan “Lagu wiengku ing sastra”, yaitu lebih di pentingkan sastranya daripada lagunya. Ada sementara oranfg bahwa Macapat berarti maca papat-papat (memebaca empat-empat). Pengetian seperti ini adalah “salah kaprah” , yaitu salah dainggap benar.

Padahal Macapat ini adalah “maca pat lagu” , artinya tembang waosan keempat, yaitu temabng cilik atau macapat. Tembang/sekar pat adalah lagu yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, yaitu :

1. Terikat oleh banyaknya gatra atau padalingsa yaitu banyaknya baris dalam tiap bait tembang.

2. Terikat oleh guru wilangan, yaitu banyaknya suku kata dalam baris tembang.

3. Terikat oleh guru-gur atau jatunya suara akhir pada tiap gatra atau baris tembang. Dalam istilah lain diatur jatuhnya dhong-dhing atau jatuhnya suara (a-i-u-e/e)

Sebenarnya tembang macapt sendiri terbagi menjadi beberapa jenis tembang, yakni antara lain :

1. Maskumambang 5. Asmaradhana 9. Dhandhanggula

2. Pucung 6. Durma 10. Megatruh

3. Mijil 7. Pangkur 11. Gambuh

4. Kinanthi 8. Sinom

Sudah jelas kan pengertiannya...??? Nah sekarang kita langsung praktekkan pada beberapa tembang yang relatif mudah berikut ini:

1. Sekar POCUNG laras Slendro Pathet Manyura.

6 6 5 3 1 1 1 2 6 6 5 3

mu - rid i- ku wa - jib bek - ti lan mi - tu – hu

ma- rang i- bu nyu- wun ber- kah lan pa- nges- tu

1 2 6 3 2 1

pi- tu- tur - ing dwi- ja

mu- ga den pa - reng - na

1 2 1 3 2 1 216 6

.

sa- ba rang - reh nga- ti a- ti,

sa- mu- ba rangkang ka- es - ti

6 1 2 3 2 2 1 6 1 1 12 2

ta- ta kra - ma em- pan pa - pan ka- tin- dak- na,

te- guh mul – ya u - ripten - trem lan ra - har - ja.

2. Sekar GAMBUH laras Slendro Pathet Mayura.

. . . . . .

1 2 2 1 1 2 6 5 6

Ki- dung - an ma- mrih gam – buh,

Pa- ku li nan- pu - ni - ku ,

3 5 3 2 3 5 5 5 3 5 6

Ka- gem - ing kang ka yung- yun- ra - ha – yu,

La- mun ke- rem gya- man- jing ke- pa – tuh,

2 1 6 1 2 2 2 2 2 1 1 2 6 5

ri- num- pa- ka gi- nu- bah sar- ta ri- na- kit

yen ke- pa- tuh da- dya pa- ka- rem- an nu- li

1 2 2 2 3 3 3 5 3

se- kar- an si- na- wung la- ngu

mangka yen wus ka- rem tu- hu

3 5 5 5 6 3 5 3 2

lo- wung ka- gem ce- gah wu- ngon

man- jing da- di wa- tak ing wong

Singkat bukan...??? Kita dapat melntunkannya seperti saat kita menyanyikan nyanyian seriosa, dengan nada yang naik-turunnya sangat bervariasi.

Sebenarnya apabila kita benar-benar serius untuk mempelajarinya, kita sudah tidak kesulitan lagi mencari lembaga kursus Tetembangan Jawa. Karena di Magetan sendiri telah didirikan lembaga kursus itu tadi yang bernama “Purbo Palupi” yang bertempat di Jl. Manggis

Ayo... buat tembang jawa semakin dikenal dunia.... Bahkan buat tembang lebih tenar dibandingkan simfoni 9 milki Luwig Van Beethoven atau Simfoni Bach.

Jika bukan kita yang mencintai budaya asli bangsa sendiri, siapa lagi? You wanna try?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar